Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Mohammad Javad Zarif, mantan Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Jumat 21 Azar, berbicara dalam sesi bertajuk “Diplomasi di Masa Perang dan Masa Depan Kawasan” di sela Pameran Buku Internasional Baghdad. Ia menyatakan bahwa kelompok-kelompok perlawanan di kawasan “tidak berjuang demi kepentingan Iran, tetapi demi tanah air dan kebebasan mereka sendiri.” Iran, menurutnya, hanya memberikan dukungan.
Zarif menegaskan bahwa Iran telah menanggung biaya sangat besar dalam mendukung kelompok-kelompok tersebut. Ia mengatakan: “Selama 45 tahun terakhir, tidak satu peluru pun ditembakkan demi kepentingan Iran oleh apa yang disebut sebagai pasukan proksi kami.” Ia menambahkan bahwa perlawanan adalah reaksi alami terhadap pendudukan, dan Iran “bukan pencipta arus perlawanan dan tidak memiliki kemampuan untuk menghilangkannya.”
Dukungan Iran terhadap Isu Arab
Zarif menambahkan bahwa Iran “lebih dari negara Arab mana pun telah mendukung isu-isu regional, terutama Palestina.” Menurutnya, sanksi terhadap Iran tidak semata terkait program nuklir, tetapi juga merupakan bentuk hukuman karena dukungan Iran terhadap poros perlawanan.
Ia kembali menegaskan bahwa Iran “tidak mencari hegemoni regional,” tetapi menginginkan kawasan yang kuat—di mana Irak, Arab Saudi, dan negara lain memiliki kemampuan mempertahankan diri. Iran, tegasnya, “puas dengan batas-batas geografisnya dan ingin hidup berdampingan dengan sahabat dan saudara-saudaranya di kawasan.”
Inisiatif Kerja Sama Regional
Zarif juga menyinggung inisiatif seperti Mowaddat (Moddat) untuk dialog intra-Islam dan Manareh (Manarah) untuk riset bersama teknologi nuklir damai. Ia menekankan bahwa penyelesaian krisis Timur Tengah hanya mungkin dengan “persatuan negara-negara kawasan serta belajar dari pengalaman masa lalu.”
Di akhir pidatonya, Zarif menyatakan bahwa pendudukan rezim Zionis adalah akar seluruh krisis utama di kawasan.
Your Comment